Wacana pembangunan kampus II UIN Sunan Kalijaga sudah mulai dibicarakan sejak tahun 2011 lalu. Tentunya banyak dinamika yang timbul dari rencana pembangunan ini. Mulai dari sisi internal hingga eksternal kampus. Pembangunan kampus II UIN ini memakan lahan sebesar 74 ha dan meliputi tiga padukuhan, di antaranya Watukeduk, Pringgading, Kembangbudian. Tulisan ini akan lebih banyak menyorot persoalan ini dari sisi eksternal kampus.
Tanggal 8 Maret 2023, HMI Komisariat Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga mengadakan LK 1 (Latihan Kaderisasi) di kampus II UIN Sunan Kalijaga. Selain diisi oleh berbagai pelatihan bagi kader baru, LK kali ini juga diikuti dengan serangkaian kegiatan yang berkenaan langsung dengan masyarakat sekitar.
Pertama, memberikan bantuan sosial kepada masyarakat Padukuhan Prigading yang dibantu pendanaannya oleh MD KAHMI Bantul. Bantuan sosial ini berupa pemberian paket sembako kepada warga sekitar yang terbilang kurang mampu. Kedua, sosialisasi secara langsung antara cakader dengan masyarakat sebagai praktek dari materi analisis sosial.
Dalam serangkaian kegiatan ini cakader yang didampingi panita dan pengurus membagikan sembako ke beberapa warga dan sekaligus mengajukan pertanyaan mengenai pendapat masyarakat tentang pembangunan kampus II UIN SUKA ini. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan ke masyarakat diantaranya adalah mengenai tanggapan warga terhadap pembangunan kampus II UIN, dampak positif dan negatif dari pembangunan ini, dan harapan warga dari pembangunan ini ke depannya.
Hasil dari wawancara tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat memberikan tanggapan yang baik terhadap pembangunan UIN. Pembangunan ini ditanggapi dengan baik karena memberikan efek positif dari segi ekonomi. Kendati memiliki beberapa dampak negatif, hal itu semua bisa diantispasi dari sekarang menurut para warga
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa isu pembangunan kampus UIN II ini sudah diangkat sejak belasan tahun yang lalu dan mendapat respon yang baik dari masyarakat. Namun, permasalahan yang muncul dan diresahkan oleh warga ialah proses pembebasan lahan yang terbilang lambat. Ini tentunya membuat masyarakat bertanya-tanya dan tidak menutup kemungkinan keterlambatan pembebasan lahan ini membuat masyarakat kesal.
Untuk itu kami melakukan wawancara dengan Ibu Dukuh Padukuhan Pringgading.
Menurut hasil wawancara kami dengannya bahwa pihak UIN sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, namun hanya dengan beberapa kalangan (masyarakat yang tanahnya terambil) dan pemeritahan daerah. Walaupun terbilang tidak efektif, sosialisasi ini sudah memberikan gambaran kepada masyarakat terkait pembangunan yang akan dilaksanakan.
Selaras dengan hasil wawancara para peserta LK dengan masyarakat, bu dukuh juga mengatakan bahwa masyarakat antusias dengan adanya pembangunan ini. Karena secara otomatis harga tanah sekitaran kampus mengalami kenaikan yang drastis. Sudah banyak orang dari berbagai daerah yang datang membeli tanah untuk membuka berbagai usaha disana. Walaupun masyarakat kelurahan Goasari mayoritas masuk kedalam kategori miskin, namun mereka mempunyai tanah yang luas. Bahkan ada satu keluarga yang mempunyai lima sertifikat tanah yang masing-masing luas lumayan besar.
Kami juga sempat menanyakan bagaimana tanggapan pemangku adat terkait dampak positif dan negatif pembangunan ini. Tidak bisa dipungkiri pembangunan ini akan berdampak besar pada budaya setempat. Banyaknya orang yang masuk secara tidak langsung akan mempengaruhi sosial budaya disana.
Namun sepertinya hal ini tidak menjadi masalah besar bagi masyarakat ataupun pemangku adat. Masyarkat sudah siap dengan hal ini karena di setiap daerah sudah memiliki aturan-aturan untuk mengatur tata sosial budaya. Jika kedepanya ada hal-hal yang sekiranya negatif maka bisa diselesaikan dengan aturan-aturan yang sudah disepakat ujar bu dukuh.
Perbincangan dengan bu dukuh kami tutup dengan meanyakan apa harapan terbesar dari masyarakat terkait pembangunan ini. Ada beberapa hal yang diharapkan oleh masyarakat seperti, masyarakat bisa membuka kantin di kampus, masyarakat bisa bekerja sebagai pegawai, Tetapi hal yang paling ditunggu-tunggu msayarakat sejak beberapa tahun belakangan ini adalah bagaimana agar pembangunan ini disegerakan. Setidaknya jika pembangunan sudah berjalan masyarakat yang bekerja sebagai tukang bangunan juga bisa mencari nafkahnya disini.
Para penjual lahan juga sudah banyak yang ingin membuka usaha dari hasil ganti rugi tanah. Seandainya pembangunan ini belum juga terlaksana maka modal yang dimiliki akan teralihkan buat kebutuhan lainnya. “Serba susah sih mas, masyarakat mau buka kos-kosan sekarang kan belum bisa dipakai karena belum ada mahasiswanya, mau buka usaha jualan atau loundri juga begitu jawab bu dukuh” ujarnya.
Kami juga menyempatkan berbincang-bincang dengan Pak Eko. Pak Eko ini merupakan tokoh masyarakat yang diminta pihak UIN sebagai penanggung jawab yang mengawasi lahan. Yang sedikit banyak mengetahui tentang pembangunan ini. Data yang kami dapat dari beliau bahwa pembebasan lahan berlajan dengan lancar dan aman, tidak ada konflik yang terjadi.
Sosisalisasi pertama dilakukan UIN pada tahun 2011 dan untuk pembayaran tanah warga dilakukan pada 2015. Pada 2017 ada sedikit konflik yang timbul, dimana masyarakat demo kepada pihak UIN karena pembayaran yang terlalu lama. Namun pada tahun 2021 semua permaslahan biaya pembebasan lahan sudah beres.
Terkait pembangunan kapan akan dilaksanakan Pak Eko sebagai penanggung jawab lahan juga tidak mengetahui kapan pastinya. Beliau kewalahan menjawab pertanyaan ini karena sering ditanyakan masyarakat. Pembangunan ini sangat ditunggu-tungu oleh masyarakat dan menjadi harapan yang besar bagi masyarakat Goasari terutama di padukuhan Pringgading, pihak UIN juga harus bisa menjawab secara cepat harapan-harapan dari masyarakat. Sudah terlalu lama masyarakat mendapat angin segar namun belum mendapat kepastian.
Tulisan ini pernah tayang di buletin Ushuliyyah Edisi 28 dalam rubrik Pojok Kampus.