24.8 C
Yogyakarta
Monday, December 23, 2024
spot_img

HMI dan Perubahan Zaman

Di awal  abad ke-21, dunia dihadapkan pada banyak sekali perubahan multi dimensi yang begitu cepat. Perubahan ini seakan-akan merupakan bentuk penjungkirbalikkan tatanan kehidupan sebelumnya. Ada satu hal yang membuat lembaran awal abad 21 ini bergerak begitu cepat. Salah satu penyebab terbesar yang menghendaki perubahan pada paruh awal abad ini ialah Covid 19.

Sewaktu dunia digemparkan dengan tersebarnya Covid-19, semuanya merasa panik. Kurang lebih tiga tahun manusia ‘dipenjara’ oleh Covid-19. Pada tahun 2022 lalu, barulah manusia terbebas dari virus yang mematikan itu. Kehadiran Covid-19, membuat para pemikir dan aktivis sosial berhenti.

Walaupun tidak keluar rumah, bukan berarti tidak melakukan aktivitas kemanusiaan. Mereka tidak ingin pasrah begitu saja ketika dilanda Covid-19. Upaya demi upaya terus digencarkan untuk bisa beraktivitas walaupun kondisi dunia masih belum pulih total. Seiring berkembangnya waktu, mulailah bermunculan aplikasi-aplikasi yang mampu mengkoneksikan individu dengan individu lain secara online, yang kita kenal dengan nama Zoom, Google Meet, dan lainnya.

Tidak berhenti disitu, terobosan baru ini justru menjadi peransang munculnya aplikasi lain. Ada aplikasi yang berfungsi sebagai wadah jual beli pakaian, makanan, peralatan, dan lainnya. hari ini kita sebut sebagai Lazada, Shopee. Ada aplikasi yang fungsinya hanya menampilkan hiburan dalam bentuk video seperti TikTok dan Snack Video.

Perubahan semacam ini tidak lagi asing bagi kita. Di satu sisi, adanya perubahan ini disebabkan perkembangan pengetahuan umat manusia. Demikian wajar terjadi karena adanya kehendak umat manusia sebagai pelaku perubahan. Ayahanda Buya Hamka pernah mengatakan bahwa “Tidak ada yang tetap. Semuanya pasti berubah. Karena perubahan itu sendiri adalah ketetapan yang ada. Perubahan itu abadi” . Dalam kata lain, perkembangan perubahan dari tahun ke tahun adalah sesuatu yang tak terelakkan.

Coba kita melihat lebih spesifik sebagai kader HMI! Sejauh mana perubahan saat ini berpengaruh terhadap HMI? Apakah perubahan yang hari ini kita sebut sebagai modernisasi selalu berdampak positif? Lalu sebagai kader HMI, bagaimana kita merespon perubahan yang terjadi? Nah, untuk menjawab pertanyaan di atas, saya segmentasikan dalam dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor Eksternal

Ada beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap HMI, di antaranya:

Pertama, cepatnya penyebaran teknologi informasi dan komunikasi, tidak boleh dianggap sepele. Di satu sisi, kita sangat berharap agar informasi yang beredar hari ini langsung kita konsumsi. Apalagi zaman sekarang, informasi adalah harta karun.

Di sisi lain, cepatnya penyebaran informasi sejalan dengan terbentuknya kader HMI yang konsumtif. Demikian terjadi karena hanya mengandalkan jempol saja, semuanya bisa didapatkan. Jika ingin melihat perkembangan dunia hari ini, kader HMI cukup rebahan di kos kemudian searching di internet, tidak perlu susah payah ke perpustakaan atau ke toko buku.

Walaupun hari ini kader HMI sangat mudah mengakses informasi, tetapi tidak semua informasi yang diakses diterima begitu saja. Tidak sedikit media media yang menyajikan informasi valid. Kader HMI harus mampu mengakses, menganalisis, dan membedakan mana informasi yang valid dan hoax. Jangan sampai kader kader HMI yang dididik dan ditempa dalam kawah candradimuka, namun tidak mampu memilah dan memilih informasi yang benar benar valid.

Dikutip dari edukasi.okezone.com, ada beberapa cara yang barangkali bisa dipakai untuk mendapatkan informasi yang valid di internet, di antaranya:  Mencari artikel dan sumber berita yang dipercaya. Dikutip dari pembicara di Seminar and Workshop Okezone, cara yang bisa digunakan untuk menemukan suatu sumber yang valid adalah mencari sumber berita yang dipercaya. Jangan menemukan berita tentang suatu informasi dari satu sumber saja.

Hal tersebut harus dilakukan agar kita dapat membandingkan suatu informasi yang dikatakan oleh sumber yang satu dengan sumber yang lainnya. Cari tahu penulis yang membuat suatu berita informasi. Apabila penulis tersebut adalah seorang anggota Polri, pakar ahli hukum, atau ahli bidang lain yang sudah dikenal dan menjadi teladan banyak orang, maka kita dapat mempercayai suatu berita informasi yang dibuat oleh penulis tersebut.

Jangan mudah percaya dengan suatu berita informasi yang ditulis dalam blogger, wordpress, ataupun website yang bersifat pribadi. Hal tersebut dikarenakan, website yang bersifat pribadi itu belum disaring kembali informasinya oleh Pihak Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo).

Kedua, berbanding lurus dengan cepatnya penyebaran informasi, tersebarnya fashion, life style, dan gaya hidup. Hal ini harus kita akui bahwa itu semua bagian dari modernisasi. Apalagi itu semua adalah produk pengetahuan. Tentu kita paham bahwa fashion, life style dan gaya hidup, merupakan strategi kerja kapitalis dalam menciptakan kebutuhan pasar.

Semakin banyak peminat, semakin banyak pula barang yang diproduksi. Kalau mainnya sudah seperti itu, maka bagaimana mungkin barang yang diproduksi bertujuan menjawab kebutuhan pasar. Justru yang mungkin ialah barang yang diproduksi malah merangsang minat untuk terus mengonsumsi produk dari modernitas.

Ayahanda Marx mengatakan bahwa Kaum Kapitalis berhasil menciptakan kebutuhan semu, untuk memenjarakan masyarakat konsumtif. Hal ini tidak selamanya buruk bagi kader HMI, dan kader HMI tidak mesti sok-sokan antipati terhadap produk kapitalis. Kita terima adanya sebagai bagian dari proyek modernisasi, tetapi kita tidak boleh dipenjarakan oleh mereka.

Sebagai kader HMI, mengonsumsi produk kapitalis demi terpenuhinya kebutuhan hidup lebih dianjurkan daripada memenuhi hasrat hidup. Selain itu, sebagai kader HMI kita mestinya bisa membedakan gaya hidupnya orang Indonesia dengan gaya hidupnya orang Barat. Hal ini sangat membantu kita agar berkembang ke arah modernisasi tetapi tidak kebarat baratan. Kita bisa modernisasi versi HMI, Islam dan Indonesia

Faktor Internal

Selain faktor eksternal seperti yang saya sebutkan diatas, ada juga faktor internal yang turut berpengaruh terhadap HMI, di antaranya:

Pertama, antara struktural dan kultural dalam HMI. Baik struktural (jabatan) maupun kultural (kegiatan keorganisasian) adalah inti kokohnya organisasi. HMI tidak akan berjalan jika tidak adanya pengurus, HMI juga tidak kuat jika tidak adanya kegiatan-kegiatan yang berfokus pada peningkatan kualitas kader. Sebagai kader HMI, kita mesti bangun stigma bahwa baik struktural maupun kultural adalah dua entitas keseimbangan.

Meninggalkan struktural kemudian berfokus pada kultural akan membuat HMI itu mandul, sama halnya mementingkan strukural lalu meninggalkan kultural akan membuat HMI menjadi tumpul. Dalam HMI, posisi-posisi strategis seringkali menjadi batu loncatan untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak sedikit yang berlomba-lomba mencapai posisi trategis dalam HMI.

Hal itu bukanlah buruk, bisa mendapat posisi strategis adalah keuntungan ber-HMI. Yang buruk ialah, orientasi masuk HMI hanya untuk mengenyangkan kantong sendiri tanpa kontribusi, rakus jabatan tanpa alasan. Itulah yang mesti diharamkan bagi kader HMI.

Kedua, Lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas. Ketika silaturahmi ke rumah senior, seringkali mendapat cerita bahwa ketertarikan mahasiswa masuk HMI mengalami penurunan jika dibandingkan dengan dulu. Dulu, HMI ibarat gula yang dikerumuni semut semut, namun sekarang gula itu perlahan menghilang dari HMI sehingga semut semut berkeliaran kemana mana.

Dari cerita tersebut, dapat kita simpulkan dengan cepat bahwa HMI mengalami kemunduran bukan hanya dari basis kuantitas tetapi juga basis kualitas. Berkurangnya ketertarikan mahasiswa terhadap HMI, karena HMI sebagai organisasi perjuangan tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman. Bukan karena HMI tidak mampu mengadakan pengkaderan secara basis kuantitas, tetapi secara basis kualitas.

Dalam buku NDP HMI – teks, interpretasi dan kontekstualisasi, ayahanda Azhari Akmal Tarigan menyebutkan “memudarnya semangat keislaman, baik dalam pemikiran maupun gerakan keumatan, terjebak pada pragtisisme sempit, dan terkungkung pada romantisasi sejarah masa lalu, menyebabkan HMI disangsikan tidak lagi mampu memainkan peran profetik di masa depan, juga tidak lagi kuat memikul beban peradaban yang belum selesai.

Agar kader HMI mampu menjawab tantangan zaman, maka basis kuantitas dengan basis kualitas mesti diseimbangkan. Ketika kader HMI dikader secara matang, baik secara kuantitas maupun kualitas, bukan tidak mampu menjawab tantangan zaman, menunda kiamat terjadipun HMI mampu.

Related Articles

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru