Kita dan Takdir Ambiguitas
Izinkan aku berbicara tentang seni
Di dalamnya kegembiraan bersama
Kegembiraan yang kita iringi dengan melodi dan gerakan
ritmis tarian yang kita ciptakan sendiri
Seni ini kunamakan Sepi
Telah kita lewati delapan penjuru mata angin
Mempertaruhkan kemungkinan-kemungkinan lalu,
Terperosok dalam terjalnya pemaknaan
Semuanya hambar terasa
Mulai dari belantara mitos athena
Sampai pada biji-biji yang berserakan
di antara safana ketika
Burung-burung kembali pada sarang pertapaannya
Kemana lagi kita harus mencari?
Sedang pertanyaan ini, semakin menjadi-jadi
Beribu-ribu kemungkinan telah kita gali
Dalam bising kata-kata
Sampai serakan-serakan akar tradisi
Rongga-rongga waktu terhimpit
Desakan masif kegaduhan dunia yang semakin menjerit
Bukan maksudku berbagi nasib
Sepi adalah nasib yang kita tapaki
sendiri-sendiri di jalan sunyi
Marilah sejenak mengambil sunyi
Parade panjang untuk petasan, pesta kembang api,
dan hasrat purba insani
Keganjilan-keganjilan yang aneh sekali
Hujaman-hujaman sepi dan pesta meriah dalam diri,
Surut berjarak
Dalam dimensi
Mabuk teriris
Menapaki diri
Untuk sepi yang
Aku amini sendiri
Yogyakarta, 13 Februari 2023