Ayah dan Aku,
di kebun pada senin itu
di antara nafas yang terengah-engah
dan rokok yang terulur di bibirnya
Dia masih bisa tersenyum
Di antara lelah dan diamnya
Dia mengajarkan Aku arti tanggung jawab
tanggung jawab yang tak pernah mengeluh
meski hidupnya penuh pengorbanan
Banting tulang untuk memenuhi segala kebutuhan ku
lalu, apakah Aku tega membiarkannya sendiri saat dewasa nanti?
Ya, Dia adalah Ayahku
lelaki hebat yang Tuhan kirimkan untukku
Tak ada yang bisa menandinginya
selalu jadi yang terbaik dalam hidupku
dan dia adalah pahlawan sejati
Terbentuk dari keringat yang menetes di pelipis
tulangnya tumbuh kuat
hati yang tak pernah lemah
Ayah, terima kasih
Ayah
ketika Aku bersedih
engkau memberi kebahagiaan
Ketika Aku tak bersyukur
cerita masa kecilmu mengingatkanku untuk bersyukur
Bukan kelemahan yang Aku lihat
tapi kelembutan hatimu
sebuah cermin kehidupan bagiku
Ayah
jika ada alasan mengapa Aku kini kuat dan tangguh
semuanya karena Engkau
dari kata-kata sakral yang Kau balut dengan amarah
dan doa-doa yang Kau ucapkan di hari-hari luang
Ayah
ingin rasanya Aku bersimpuh di pangkuanmu
tak ingin bersedih di hadapanmu
hanya ingin mengucapkan terima kasih
dan meringkuk seperti saat Aku kecil dulu