25.4 C
Yogyakarta
Monday, December 23, 2024
spot_img

JIHAD DAN PEJUANGAN PEMBEBASAN KAUM TERTINDAS

“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR Abu Daud)

Diskursus mengenai jihad menjadi salah satu dari sekian konsep dalam Islam yang  menimbulkan berbagai silang pendapat. Sebab, jihad sendiri merupakan ajaran penting dalam Islam yang dengannya seseorang dapat mengejawantahkan keberislaman dan keberimanannya dalam bentuk tindakan nyata.

Tak heran mengapa ada banyak penafsiran yang muncul atas makna jihad itu sendiri. Ragam macam penafsiran ini pun nantinya akan menjadi landasan ideologis perjuangan berbagai golongan Islam, terutama dalam rangka merespon perkembangan zaman. Di antara golongan tersebut, penafsiran makna jihad yang sangat radikal dipraktikkan oleh kelompok Islam ekstrimis.

Bagi golongan Islam ekstrimis, jihad seringkali dikaitkan dengan tindakan kekerasan. Hal ini didasari oleh pendekatan yang sangat tekstualis dalam menafsirkan ayat al-Quran. Terkhusus pada ayat-ayat yang membicarakan konsep Kufr (kekafiran), Qital (peperangan), dan Thagut (berhala dan kezaliman).

Gerakan Islam ekstrimis yang biasanya menjadi kelompok teror ini, acap kali melakukan tindakan terorisme sebagai bentuk dari jihad. Kita tentunya masih mengingat berbagai peristiwa pemboman yang dilakukan oleh kelompok jihadis ekstrim di berbagai rumah ibadah penganut agama lain.

Apa yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstrimis Islam tak lain disebabkan oleh mis-konsepsi terhadap makna jihad. Segala bentuk realisasi ajaran jihad yang mengarah kepada tindakan kekerasan terhadap penganut agama lain, hanya akan mencoreng nilai luhur jihad itu sendiri.

Jika kita mengaitkan pemahaman Islam ekstrimis dalam konteks hari ini, tidaklah relevan lagi mengartikan jihad sebagai tindakan memerangi orang-orang kafir (orang non-muslim). Sebab, saat ini kita tak lagi berada dalam kondisi perang sebagaimana yang terjadi di masa Rasulullah.

Lantas, bagaimana penafsiran yang tepat dan relevan atas makna jihad hari ini? Dan Jihad seperti apa yang perlu kita lakukan untuk merespon berbagai isu yang berkembang saat ini?

Teologi Pembebasan Islam Asghar Ali Engineer

Teologi pembebasan adalah sebuah aliran teologi yang muncul di akhir abad ke-20. Teologi ini dikemukakan oleh Gustavo Gutierrez (1928-2024 M) seorang teolog Katolik dan pendeta Dominikan asal Peru. Gustavo Gutierrez memandang bahwa ajaran agama haruslah dapat memihak orang-orang miskin dan membebaskan mereka dari penindasan baik dari segi ekonomi maupun politik. Karena itu, teologi pembebasan seringkali dikawinkan dengan pandangan Sosialisme dan Marxisme.

Dalam Islam sendiri, orang yang pertama kali mengenalkan teologi pembebasan Islam adalah Asghar Ali Engineer (1939-2013 M), seorang pemikir muslim dan pegiat sosial asal India. Engineer berangkat dari pandangan bahwa hari ini agama tak lagi ditafsirkan secara kontekstual. Agama seakan menjauh dari problem-problem sosial yang muncul seiring dengan perkembangan masyarakat, khususnya dalam bidang ekonomi dan politik.

Engineer memandang bahwa teologi Islam sudah saatnya dibenahi. Sebab, pada kurun waktu yang begitu lama, agama seringkali dijadikan alat untuk melanggengkan status quo, dengan tujuan mempertahankan kekuasaan dan kepentingan pihak yang berkuasa. Agama, khususnya Islam, saat ini sudah enggan untuk memihak dan membela orang-orang miskin yang tertindas.

Selain itu, wacana keilmuan umat Islam sendiri masih didominasi oleh perdebatan teologi klasik yang sering memperdebatkan persoalan-persoalan metafisis-spekulatif, seperti perdebatan mengenai keberadaan takdir, bentuk Tuhan, tempat bersemayam Tuhan, dan lain sebagainya. Persoalan ini seringkali menimbulkan perpecahan yang luar biasa di kalangan umat Islam bahkan terkadang menimbulkan pertumpahan darah.

Hal Ini pada akhirnya mengaburkan umat Islam dari problem-problem riil dan menjauhkan pembahasan agama dari aspek-aspek sosial. Untuk itu, Engineer menawarkan reinterpretasi atas makna-makna ayat dalam al-Qur’an yang lebih kontekstual untuk menjawab problem sosial dan tantangan zaman, termasuk persoalan jihad.

Jihad yang Ditawarkan Teologi Pembebasan Islam

Saat ini, persoalan yang tengah menghantui umat manusia di seluruh dunia adalah kemiskinan. Masalah kemiskinan ini tak dapat kita katakan hanyalah menyangkut urusan pribadi belaka. Meningkatnya kemiskinan yang disertai dengan penindasan utamanya disebabkan oleh suatu sistem ekonomi kapitalisme yang lahir di akhir abad 17, bersamaan dengan munculnya revolusi industri.

Sistem ekonomi ini menciptakan ketimpangan ekonomi yang begitu terjal antara kaum proletar dan borjuis melalui mekanisme kepemilikan kapital atau modal. Dalam istilah ‘Teologi Pembebasan Islam’ distingsi golongan ini disebut dengan kaum Mustad’afin (golongan miskin yang tertindas) dan Mukstakbirin (golongan kaya yang menindas).

Ketimpangan ini kemudian dilanggengkan secara institusional oleh para penguasa yang zalim (pemerintah), yakni mereka yang bersetubuh dengan kepentingan para pemilik modal. Tak hanya itu, ada banyak pula tokoh agama yang berkontribusi dalam mempertahankan keadaan (status quo) penuh kezaliman ini. Mereka memberikan ceramah-ceramah agama yang alih-alih menyadarkan masyarakat mengenai kondisi riil, malah mematikan gairah perlawanan mereka terhadap penindasan yang terjadi.

Melihat kondisi ini, jika merujuk kepada pandangan teologi pembebasan Islam, jihad yang perlu dilakukan oleh umat Islam hari ini ialah jihad menegakkan keadilan. Yakni perjuangan dalam membela kaum tertindas dan perlawanan atas segala bentuk penindasan.

Tauhid sebagai dasar ajaran Islam dan sebagai landasan jihad perlu dimaknai sebagai unity of man kind. Yakni kesatuan umat manusia bukan hanya dalam persoalan spiritualitas, namun menyangkut keadilan bagi seluruh manusia, termasuk mereka yang menganut kepercayaan yang berbeda.

Ini tak lain adalah suatu upaya meneladani sosok Nabi Muhammad yang revolusioner. Hadirnya Nabi Muhammad di tengah-tengah masyarakat Arab selain membawa risalah Tauhid adalah untuk membebaskan seluruh umat manusia dari belenggu sistem sosial, politik, dan ekonomi yang tak adil.

Sekali lagi, segala bentuk realisasi ajaran jihad yang mengarah kepada tindakan kekerasan terhadap penganut agama lain, hanya akan mencoreng nilai luhur jihad itu sendiri.

 

Referensi

Asghar Ali Engineer (2003) Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

  1. Kursani Ahmad (2011) Teologi Pembebasan dalam Islam: Telaah Pemikiran Asghar Ali Engineer. Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 10 No. 1
Abil Arqam Lubis
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Related Articles

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru