Menjelang hari-hari besar seperti Natal dan Tahun baru, terjadinya kenaikan harga bahan pokok di pasar tradisional seakan sudah menjadi agenda tahunan, tingginya permintaan konsumen menjadi salah satu sebab utama lonjakan harga yang signifikan. Hal ini tentu saja memberatkan khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Misalnya di daerah Muaro Jambi tepatnya di kabupaten Sungai bahar, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti cabai yang semula seharga Rp 20 ribu per kilogram menjadi Rp 28 ribu per kilogram, hingga bawang merah yang semula seharga Rp 20 ribu per kilogram menjadi Rp 33 ribu per kilogram.
Bukan hanya hari-hari perayaan besar saja yang menjadi faktor kenaikan harga, kondisi cuaca ekstrem pada suatu masyarakat turut memperparah harga kebutuhan pokok mereka, seperti yang terjadi di Pulau Bawean, pulau kecil ini berada di Laut Jawa dan terletak 135 kilometer di sebelah Utara Kota Gresik, bahan pokok seperti telur ayam bioler, cabai rawit, dan beras mengalami kenaikan. Harga telur naik hingga Rp 38 ribu, cabai rawit Rp 160 ribu dan harga beras tembus Rp 51 ribu per kilogramnya. Hal ini terjadi, lantaran akses penyebrangan pelayaran kapal ke Bawean lumpuh.
Kenaikan harga bahan pokok disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama disebabkan banyaknya permintaan menjelang hari raya, seperti Natal, Tahun baru serta hari raya lainnya. Yang kedua, karena kendala ekspedisi yang disebabkan oleh cuaca buruk, kemacetan, atau infrastruktur yang kurang memadai. Yang ketiga, praktek spekulasi dan penimbunan yang dilakukan oleh pedagang yang ingin mengambil keuntungan di saat kelangkaan. Dan yang keempat adalah ketergantungan pada impor untuk beberapa bahan pokok, seperti kedelai dan gula, yang membuat harga rentan mengalami fluktasi (Gejala naik-turunnya harga atau keadaan turun-naik harga dan sebagainya) dipasar global.
Peran pemerintah menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas harga, yaitu ketersediaan bahan pokok serta akses ekspedisi antar pulau. Pemerintah mestinya membuat kebijakan dan strategi untuk mengupayakan kebutuhan pangan masyarakat terpenuhi tanpa terjadinya kenaikan harga yang terlalu tinggi. Namun, fakta lapangan menunjukkan bahwa hal tersebut belum terealisasikan secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan pemerintah hanya fokus pada pasar tradisional yang berada di kota-kota besar dan mengabaikan beberapa pasar tradional di daearh terpencil.
Beberapa langkah strategis yang telah dilakukan oleh pemerintah antara lain, yang pertama, melaksanakan operasi pasar. Dalam hal ini, pemerintah secara rutin melakukan operasi ke beberapa pasar untuk memastikan kestabilan harga bahan pokok, misalnya yang terjadi di Palangkaraya, Dinas Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil Menengah, dan Perindustrian (DPKUKMP) mengadakan operasi pasar murah di Kelurahan Panarung, Palangkara pada bulan Oktober lalu. Operasi pasar murah ini bertujuan untuk menstabilkan harga bahan pokok dan memberikan akses bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk memperoleh kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. Dalam kegiatan ini, masyarakat bisa membeli paket sembako murah dengan harga Rp 100 ribu per paket saja, isinya ada 5 kg beras, 2 kg gula pasir dan 2 liter minyak goreng. Paket tersebut disubsidi oleh pemerintah guna meringankan beban warga di tengah situasi perekonomian yang pelik.
Kedua, pemerintah telah memantau dan mengawasi distribusi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasokan bahan pokok sampai ke pasar tradisional tanpa adanya hambatan dan juga mencegah para pedagang melakukan praktik penimbunan bahan pokok yang mengakibatkan kerugian para konsumen. Seperti yang pernah dilakukan oleh Satgas Pangan Polri pada momen lebaran lalu, mereka memantau proses distribusi bahan pokok penting (bapokting) mulai dari pengawasan kendaraan yang mengangkut bahan pokok tersebut sampai pusat distribusi atau gudang barang tersebut. Sehingga, diharapkan ini menjaga stabilitas harga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H.
Ketiga, pemerintah juga mengupayakan peningkatan stok pangan strategis. Misalnya melalui Bulog, pemerintah menjaga stok pangan strategis seperti beras, gula, dan minyak goreng. Stok tersebut dapat digunakan untuk intervensi pasar bila terjadi kelangkaan atau lonjakan harga.
Keempat, pemerintah berperan juga dalam mengedukasi masyarakat untuk berbelanja secara bijak dan tidak melakukan panic buying, yang sering memperburuk situasi harga pasar. Contohnya, Kemendag pada Ramadhan lalu menghimbau masyarakat agar tidak panic buying jelang puasa, karena stok komuditas pagan pokok dijamin aman. Direktur Jendral Perdagangan dalam Negeri Isy Karim mengatakan bahwa masyarakat melakukan panic buying bukan karena ketiadaan beras, melainkan ingin mendapatkan harga yang lebih murah. Tentunya fenomena ini dapat mengakibatkan harga pasar menjadi lebih buruk. Pihak Kemendag sendiri telah menyiapkan alternatif beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Perum Bulog. Selain itu panic buying juga dapat menyebabkan food waste atau sampah makanan.
Namun sayang sekali, dari banyaknya upaya untuk menangani masalah kenaikan harga bahan pokok di pasar tradisional, pemerintah abai dengan kondisi pasar yang berada di daerah-daerah terpencil, salah satunya Pasar Muaro Jambi, kabupaten Sungai bahar, Provinsi Jambi yang sempat penulis singgung di awal. Walau kenaikan harga bahan pokok tetap saja tidak bisa dihindari, tetap saja hal ini semakin membebani masyarakat berpenghasilan rendah. Kurangnya pengawasan langsung dari pemerintah terhadap situasi pasar tradisional terpencil yang mengalami fluktuasi menyebabkan ketidakstabilan harga bahan pokok di pasaran.
Selain itu, pemerintah juga kurang memperhatikan proses ekpedisi bahan pokok, khususnya dari segi akses dan transportasi yang digunakan dalam proses tersebut. Contohnya seperti kasus Pulau Bawean yang telah disebutkan penulis di awal tulisan yang mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi akibat lumpuhnya fasilitas penyeberangan ke pulau tersebut. Pemerintah di rasa kurang peduli dengan hal tersebut. Seharusnya pemerintah bisa lebih memperhatikannya dan mampu memberikan solusi, misalnya dengan melakukan pengiriman bahan pokok dengan menggunakan jalur udara.
Pemerintah perlu mengoptimalkan kembali peran teknologi dan informasi untuk mengawasi ketersediaan dan distribusi bahan pokok di seluruh wilayah bangsa ini, terutama pada daerah-daerah terpencil seperti yang disebutkan sebelumnya. Dengan adanya sistem pemantauan yang berbasis teknologi, pemerintah tentu akan lebih cepat mengetahui berita tentang masalah-masalah masyarakat di pasar tradisional dan segera melakukan mitigasi yang strategis untuk menanganinya.
Tak kalah penting, peran masyarakat dalam menjaga stabilitas harga bahan pokok juga harus ditingkatkan lagi, melalui edukasi tentang pengelolaan pasar, manajemen kebutuhan primer dan sekunder serta langkah edukasi lain dari pemerintah demi terwujudnya ekonomi masyarakat pasar yang seimbang dan tidak memberatkan. Dengan kolaborasi aktif dari masyarakat dan pemerintah, masalah-masalah terkait dengan ekonomi pasar akan terselesaikan lebih cepat dan efektif.
Referensi:
[1] TIM/ZK-1, “Pemko Palangkaraya Gelar Operasi Pasar Di Enam Kelurahan”, https://zonakota.com/2024/03/03/pemko-gelar-operasi-pasar-di-enam-kelurahan/ , diakses pada 22 Desember 2024 pukul 23.49 WIB.
[1] Patroli, “Pengawasan Distribusi Bahan Pokok Agar Berjalan Lancar”, https://beritapatroli.co.id/2024/03/15/pengawasan-distribusi-bahan-pokok-agar-berjalan-lancar/ , diakses pada 22 Desember 2024 pukul 23.45 WIB.
[1] Putu Indah Savitri, “Kemendag Minta Masyarakat Tidak ‘Panic Buying’ Jelang Puasa”, https://search.app/19n1dFHQ1SF32xg98 , diakses pada 22 Desember 2024 pukul 23.55 WIB.