Di tengah derasnya arus globalisasi, revolusi digital, dan ketidakpastian geopolitik dunia, eksistensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi mercusuar harapan bagi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
Dalam konteks perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), memperkuat sektor UMKM bukan sekadar upaya teknis-ekonomis, tetapi manifestasi konkret dari misi suci: membina insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam.
UMKM, yang sering disebut “urat nadi ekonomi rakyat”, berkontribusi lebih dari *61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)* Indonesia dan menyerap *97% tenaga kerja nasional* (Kemenkop UKM, 2025). Di balik statistik ini tersembunyi makna besar: bahwa masa depan kedaulatan ekonomi bangsa bertumpu pada seberapa besar kita mampu memberdayakan UMKM — secara adil, beradab, dan berkelanjutan.
Inilah ladang amal yang harus digarap serius oleh kader-kader HMI: menjahit iman, ilmu, dan amal ke dalam upaya nyata membangun peradaban ekonomi umat.
Iman: Meneguhkan Akhlak Ekonomi dalam Setiap Transaksi
Iman adalah pondasi segala amal, termasuk dalam aktivitas ekonomi. Islam tidak pernah memisahkan urusan dunia dan akhirat, termasuk dalam soal bisnis. Setiap transaksi harus dilandaskan pada kejujuran (sidq), keadilan (‘adl), dan amanah.
Dalam realita UMKM hari ini, godaan untuk menghalalkan segala cara demi keuntungan sering mengintai: dari praktik curang, manipulasi harga, hingga eksploitasi buruh kecil.  Kader HMI harus hadir untuk membangun ekosistem bisnis rakyat yang bermartabat: mengajarkan etika muamalah Islamiyah, membina integritas, serta mempromosikan konsep ekonomi berkeadilan.
Seperti dikatakan Ibnu Taimiyah, Â “Keadilan adalah asas terbesar dalam membangun langit dan bumi; dengan keadilanlah segala sesuatu tegak.” Membina iman pelaku UMKM berarti meletakkan fondasi kokoh untuk membangun ekonomi umat yang tak hanya kuat, tapi juga diridhai Allah SWT.
Ilmu: Menjawab Tantangan Zaman dengan Inovasi dan Teknologi
Di era Industri 4.0 dan Society 5.0, penguasaan ilmu menjadi keniscayaan. UMKM yang hanya bertumpu pada metode konvensional tanpa beradaptasi dengan teknologi digital akan tersisih dalam kompetisi global. Laporan Google-Temasek-Bain (2024) menunjukkan, hanya *28% UMKM Indonesia* yang sepenuhnya go-digital; mayoritas masih tertinggal dalam hal literasi teknologi. Islam sejak awal mengajarkan urgensi ilmu. Rasulullah SAW bersabda:  “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Kader HMI harus menjadi pelopor dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pemberdayaan UMKM: mengajarkan pemasaran digital, memperkenalkan sistem pembayaran berbasis fintech syariah, membimbing manajemen usaha berbasis data (data-driven decision making), hingga memperkuat jejaring global melalui e-commerce halal. UMKM yang berbasis inovasi bukan hanya akan bertahan, tetapi akan menjadi motor penggerak kemajuan bangsa.
Amal: Mengokohkan Gerakan Sosial Ekonomi di Tengah Umat
Amal adalah puncak dari iman dan ilmu. Tanpa amal, segala idealisme tinggal mimpi kosong. Dalam konteks pemberdayaan UMKM, amal kader HMI harus terwujud dalam gerakan konkret, membentuk koperasi syariah komunitas, mendirikan inkubator bisnis UMKM berbasis masjid dan pesantren, mendorong kebijakan fiskal pro-UMKM melalui advokasi kebijakan public, melakukan pendampingan intensif kepada pelaku usaha perempuan, difabel, dan daerah tertinggal. Sebagaimana spirit amal jama’i yang diajarkan dalam Islam, kerja kolektif adalah kunci keberhasilan.
Oleh: Muhammad Rio Hardias, Abil Arqam, Haludi