Seperti yang kita tahu, perguruan tinggi bukan sekedar tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang eksplorasi diri bagi tiap individu, bukan hanya sekedar mencari gelar namun tempat untuk mengasah kemampuan dan value. Dalam buletin ini, mencoba untuk menampilkan point of view mahasiswa generasi kekinian, yaitu generasi Z.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, tak sedikit mahasiswa gen Z yang hanya kuliah-kuliah saja, mereka menyebutnya mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang) kampus kos. Selain itu, kurangnya minat untuk berorganisasi karena menurut mereka kuliah sekedar untuk mendapat ijasah gelar sarjana dan kerja dengan gaji yang layak. Sehingga fenomena yang terjadi, banyak mahasiswa yang acuh terhadap konflik sosial dan menghiraukan peran mahasiswa sebenarnya.
Disisi lain, menampilkan gen Z yang tetap berpegang teguh pada peran mahasiswa sebagai agent of change, social of control, dan lain sebagainya. Mereka menyadari akan potensi dirinya dengan perkembangan akses teknologi dan informasi yang semakin luas. Mereka mengandalkan platform digital untuk belajar dan memiliki ekspektasi tinggi terhadap fleksibilitas pendidikan. Bagi mereka, kuliah bukan hanya tentang duduk di kelas dan menyerap materi, tetapi juga soal pengalaman, networking, mengasah kemampuan, serta keseimbangan antara akademik dan kehidupan sosial.
Selain itu, mereka juga lebih kritis terhadap sistem pendidikan, menuntut kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, serta lebih peduli pada isu-isu sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan masa depan mereka.
Lantas, bagaimana sebenarnya kehidupan kampus di era Gen Z? Apa tantangan dan peluang yang mereka hadapi dalam perjalanan akademik mereka? Buletin ini akan membahas bagaimana mahasiswa Gen Z memaknai pengalaman kuliah di tengah dinamika zaman yang terus berkembang.
Kehidupan Kampus di Era Gen Z
Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat adaptif terhadap perkembangan teknologi, dan hal ini tercermin dalam kehidupan kampus mereka. Perkuliahan tidak lagi terbatas pada ruang kelas fisik; platform digital seperti Learning Management System (LMS), video conference, dan forum diskusi online menjadi bagian dari keseharian mereka. Fleksibilitas ini memberikan kemudahan dalam mengakses materi, tetapi di sisi lain, juga menghadirkan tantangan seperti kurangnya interaksi langsung dan meningkatnya distraksi dari media sosial.
Selain aspek akademik, kehidupan sosial di kampus juga mengalami perubahan. Gen Z cenderung lebih selektif dalam membangun pertemanan dan lebih mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. Mereka aktif dalam berbagai komunitas, baik secara langsung maupun virtual, yang sesuai dengan minat dan nilai yang mereka anut. Topik-topik seperti kesehatan mental, inklusivitas, dan keberlanjutan menjadi perhatian utama dalam diskusi di antara mereka.
Di sisi lain, tantangan ekonomi juga menjadi faktor yang memengaruhi pengalaman kuliah Gen Z. Biaya pendidikan yang terus meningkat membuat mereka mencari alternatif, seperti beasiswa, pekerjaan sampingan, atau bahkan merintis bisnis sejak dini. Berkat kemajuan teknologi, banyak mahasiswa yang memanfaatkan media sosial dan platform freelance untuk mendapatkan penghasilan tambahan tanpa harus mengorbankan waktu kuliah mereka.
Tantangan dan Peluang
Meski memiliki banyak keunggulan dalam beradaptasi dengan teknologi dan perubahan zaman, Gen Z tetap menghadapi berbagai tantangan dalam dunia kampus. Beban akademik yang semakin tinggi, tekanan sosial, harapan tinggi dari keluarga, serta tuntutan untuk segera siap memasuki dunia kerja sering kali menjadi sumber stres. Oleh karena itu, banyak mahasiswa mulai menghiraukan perannya sebagai mahasiswa dan berorientasi hanya pada lulus dengan nilai IPK cumlaude kemudian bekerja dengan gaji yang layak tanpa adanya networking, mengasah kemampuan bersosial dengan berorganisasi, dan lain sebagainya.
Namun, di balik tantangan tersebut, sebenarnya terdapat banyak peluang yang bisa dimanfaatkan. Gen Z dapat mencari keseimbangan dengan mengembangkan soft skills, seperti manajemen waktu, komunikasi, dan kerja sama tim, yang tidak selalu diajarkan dalam kurikulum formal. Dengan konektivitas global yang semakin mudah, mahasiswa Gen Z memiliki kesempatan untuk mengakses pendidikan internasional, mengikuti program pertukaran pelajar, atau bahkan membangun karier di luar negeri. Selain itu, berkembangnya dunia startup dan industri kreatif memberikan mereka ruang untuk berinovasi tanpa harus terpaku pada jalur karier konvensional.
Ngampus di era Gen Z bukan sekadar tentang mengejar gelar akademik, tetapi juga tentang membangun karakter, relasi, dan kesiapan menghadapi dunia yang terus berubah. Dengan segala kelebihan dan tantangan yang ada, generasi ini dituntut untuk lebih proaktif, kreatif, dan mandiri dalam mengelola pengalaman kuliah mereka. Jika mampu memanfaatkan peluang dengan baik, kehidupan kampus bisa menjadi batu loncatan yang membentuk masa depan yang lebih cerah bagi Gen Z.