28.5 C
Yogyakarta
Saturday, August 2, 2025
spot_img

Iman, Ilmu, Amal sebagai Landasan Kepemimimpinan Khalifah fil ’Ard

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Cirebon melaksanaan Opening Training Raya (LK II – LKK – SC Tingkat Nasional) pada tanggal 28 april 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari proses kaderisasi lanjutan yang tidak hanya bersifat struktural, tetapi juga kaya akan nilai-nilai ideologis dan spiritual. Training Raya ini bukan sekadar pelatihan formal, melainkan wadah konsolidasi semangat perjuangan kader dari berbagai wilayah di Indonesia.

Rangkaian acara Opening Training raya diawali dengan penampilan Tari Topeng khas Cirebon, melambangkan pentingnya menjaga akar budaya lokal. HMI hadir bukan untuk menjauhkan kader dari identitas budayanya, melainkan memperkuat jati diri keindonesiaan dalam bingkai Islam yang menyeluruh. Penampilan seni ini menjadi pengingat bahwa kader HMI harus mampu menghubungkan nilai-nilai Islam dengan budaya luhur bangsa.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan laporan dari ketua pelaksana yang menjelaskan maksud, tujuan, dan harapan dari kegiatan ini. Kemudian, pembacaan Surat Keputusan (SK) peserta menjadi simbol kesiapan dan legalitas peserta dalam menjalani proses kaderisasi. Serah terima berkas dari Steering Committee (SC) kepada Master of Training (MOT), disusul penyerahan simbolik tanda peserta, secara resmi menandai dimulainya pelatihan dan pengembanan tanggung jawab moral serta intelektual para peserta.

Puncak kegiatan ditandai dengan stadium generale yang menghadirkan narasumber utama, dr. As’ad, Sp.THT-KL. Beliau menyampaikan materi seputar tema besar kegiatan, yaitu “Mewujudkan Generasi HMI yang Adaptif dan Berakhlakul Karimah”. Di tengah percepatan dinamika zaman, adaptivitas menjadi keharusan agar kader mampu memahami, merespons, dan memberi solusi atas tantangan yang ada. Namun, adaptif perlu disertai akhlak mulia sebagai landasan nilai Islam.

Dalam penyampaiannya, dr. As’ad menekankan pentingnya keseimbangan antara iman, ilmu, dan amal. Iman menjadi penuntun hati agar tetap berada di jalur kebenaran. Ilmu berfungsi sebagai bekal hidup yang tak hanya bersifat kognitif, tetapi juga sebagai alat perubahan sosial. Sementara amal menjadi bentuk nyata dari iman dan ilmu; tanpa amal, ilmu akan menjadi hal yang sia-sia.

Lebih lanjut, beliau mengangkat nilai tauhid sebagai prinsip dasar perjuangan. Tauhid tidak hanya berarti pengakuan terhadap keesaan Allah, tetapi juga pedoman dalam menjaga kemurnian niat serta menjauhkan diri dari kepentingan duniawi yang menyesatkan. Maka, perjuangan kader HMI harus berorientasi pada nilai-nilai ilahiah, jauh dari pragmatisme.

Di tengah arus globalisasi yang serba cepat dan penuh tantangan digitalisasi, HMI diharapkan hadir menjadi organisasi yang bisa menjawab problematika ini dengan melalui kemandirian ekonomi, inklusivitas pengaderan dan inteligensi kolektif, dilansir dari penelitian MIT Sloan Management Review pada tahun 2023 ada 89% dari perusahaan besar percaya mereka harus mendigitalisasi model bisnis mereka, tetapi hanya 31% yang merasa siap.  Sedangkan menurut penelitian WEF dalam ’’The Future of Jobs Report 2025’’ sebanyak 92 juta pekerjaan dalam 5 tahun kedepan akan hilang akibat otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI).

Krisis sebenarnya bukanlah krisis teknologi, Krisisnya adalah krisis manajemen. Manajemen yang masih berorientasi ’’kontrol dan birokrasi’’ tidak mampu beradaptasi dalam ekosistem digital yang menuntut kecepatan, kelenturan, dan inovasi. Stadium generale ini membuka ruang refleksi bahwa proses kaderisasi di HMI tidak hanya bersifat intelektual, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual untuk memperkuat niat, prinsip, dan karakter. Ini adalah panggilan bagi generasi muda HMI untuk menjawab tantangan zaman dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan akhlak mulia.

Akhir kata, Training Raya ini diharapkan menjadi awal lahirnya kader-kader HMI yang adaptif secara intelektual dan sosial, serta kuat secara spiritual dan moral. Mereka yang akan menjadi motor penggerak peradaban, menjadikan iman sebagai penerang jalan, ilmu sebagai alat perjuangan, dan amal sebagai bentuk nyata kebermanfaatan di tengah masyarakat.

Oleh: Ario Betra, Ismail Wahyudi, Dedi Faiz

Related Articles

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru