25.4 C
Yogyakarta
Monday, December 23, 2024
spot_img

Puisi Arif Santoso

Terima Kasih

Tiap detik memiliki samudera yang terkayuh

Saban harinya memapah hingga menggores

langkah, rotasi, hingga sandang

Semakin berkurang

segala yang hadir, segala yang tak ada

segala yang negatif, segala kering dan layu

segalanya dalam kaca, semuanya menduduki

di kepala, mata, jiwa

sampai dua puluh lima

 

Terima kasih untuk Tuhan

titipan ini menjadi ruang syukur tiada henti

Terima kasih.

Pekalongan, 15 Oktober 2022

 

Perpisahan

memoriam our father

 

Tiada lagi sayap memeluk tanpa batas

ketulusan itu serupa tangan-tangan

penuh kehampaan

 

Tiada lagi tiang menyusun kebal

di tengah peristiwa dan luka-luka

penerusnya serupa kelabu

 

Tiada lagi riuh di telinga

Tiada lagi serabut menyelimuti

setelah ketiadaan menebar

setelah tangannya memeluk dan menyapa kembali

 

Kembali dengan Rahman Rahim-Nya;

dalam doa-doa para padi menguning

meniti hujan yang belum terhenti

 

Sukabumi, 15 November 2022

 

Tiada

 

Tiada yang terlepas dalam dunia ini, sejak cerahnya hari

hingga doa-doa puitis didengungkan bersahutan. Tiada

yang diadakan apalagi dikreasi dalam rangkaian kata dan

makna, semoga tiada ini adalah keabadian.

 

Tiada adalah pengetahuan, bagian dari kerikil-kerikil

terlepas dalam genggaman. Semuanya hanyalah sekadar

mampir, sedikit melipir bahkan tak sampai mengolah tabir.

 

Tiada itu adalah kebebasan, yang tak semegah tonggak

juang ataupun deru nafas panjang menyingkatkan waktu.

Kebebasan itu tiada, jikalau semuanya terangkum

dalam kasih-Nya.

 

Poznan, 12 Desember 2020

 

Sepi

Kita dan Takdir Ambiguitas

 

Izinkan aku berbicara tentang seni

Di dalamnya kegembiraan bersama

Kegembiraan yang kita iringi dengan melodi dan gerakan

ritmis tarian yang kita ciptakan sendiri

Seni ini kunamakan Sepi

 

Telah kita lewati delapan penjuru mata angin

Mempertaruhkan kemungkinan-kemungkinan lalu,

Terperosok dalam terjalnya pemaknaan

 

Semuanya hambar terasa

Mulai dari belantara mitos athena

Sampai pada biji-biji yang berserakan

di antara safana ketika

Burung-burung kembali pada sarang pertapaannya

 

Kemana lagi kita harus mencari?

Sedang pertanyaan ini, semakin menjadi-jadi

Beribu-ribu kemungkinan telah kita gali

Dalam bising kata-kata

Sampai serakan-serakan akar tradisi

Rongga-rongga waktu terhimpit

Desakan masif kegaduhan dunia yang semakin menjerit

 

Bukan maksudku berbagi nasib

Sepi adalah nasib yang kita tapaki

sendiri-sendiri di jalan sunyi

Marilah sejenak mengambil sunyi

Parade panjang untuk petasan, pesta kembang api,

dan hasrat purba insani

 

Keganjilan-keganjilan yang aneh sekali

Hujaman-hujaman sepi dan pesta meriah dalam diri,

Surut berjarak

Dalam dimensi

Mabuk teriris

Menapaki diri

Untuk sepi yang

Aku amini sendiri

Yogyakarta, 13 Februari 2023

Related Articles

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru