28 C
Yogyakarta
Monday, December 23, 2024
spot_img

Fanza Fauzan dan Perjalanannya Menuai Makna

Saya mendapatkan no WhatsApp Fanza dari Abil, salah seorang tim redaksi Lapmi.  Pertama kali menghubungi Fanza pada tanggal 11 Juni 2023, sapaan saya ditanggapi hangat dan kami saling memperkenalkan diri. Awalnya saya mengajak Fanza untuk bertemu pada tanggal 12 Juni 2023 jam 13.00 WIB. Namun dikarenakan pada minggu kedua bulan Juni itu adalah jadwal UAS di UIN Sunan Kalijaga, akhirnya pertemuan saya tunda hingga selesai UAS.

22 Juni 2023 tepatnya pukul 20.00 WIB, akhirnya saya bisa mewawancarai Fanza via telpon. Percakapan saya buka dengan meminta maaf kepada Fanza, karena setiap ingin melakukan wawancara selalu digagalkan oleh padatnya jadwal ujian, dan beberapa kegiatan saya. Beberapa kali ketika Fanza sudah bisa meluangkan waktu namun justru saya yang membatalkan. Dengan santai Fanza menjawab “mungkin mas nya lagi banyak kegiatan” dan dilanjutkan dengan memperkenalkan diri. “Fanza Fauzan Rifaldi, Ciamis Jawa Barat, lahir di  Bekasi, 22 Oktober 2002 mahasiswa berkebutuhan khusus (tuna Netra) program studi Ilmu Al-Qur’an Tafsir UIN Sunan Kalijaga semester dua”.

Saya mulai mengenal Fanza saat ia membacakan ayat suci Al-Qur’an sebagai pembukaan acara  di teatrikal pustaka UIN SUKA. Saat itu saya belum tau kalau Fanza seorang tuna netra. Hal ini saya ketahui saat seorang teman saya nyeletuk “Tuhan memang tidak sia-sia memberikan kekurangan dan kelebihan ke manusia, walaupun dia (Fanza) tuna netra namun ia diberikan berkah yang lebih besar dengan ngaji tilawahnya yang sangat merdu”. Saat itu saya terkejut dan memutuskan untuk mewawancarai Fanza.

Tuna netra yang fanza rasakan bukanlah bawaan dari lahir. pada saat kelas tiga SMP ia mulai mengalami penurunan kondisi penglihatan. Hal ini terjadi karena adanya pengumpulan darah di kepala bagian belakang. Mengakibatkan penyumbatan saluran air mata yang menyebabkan mata rusak. Kondisi ini terjadi efek dari kecelakaan beruntut saat ia berumur emapt tahun.

Pertamakali mengetahui bahwa ia tuna netra mental dan kepercayaan diri Fanza drastis menurun. Awalnya Fanza orang yang aktif sekarang sudah pasif bahkan untuk berinteraksi dengan orang saja saat itu susah (malu, kurang percaya diri). Ini menjadi masalah besar baginya namun ini tidak berangsung lama. Dari segi pergaulannya, teman-teman Fanza ikut respect terhadap apa yang dialaminya, namun hanya saja pada mulanya mereka kebingungan bagaimana cara untuk mengajak fanza berkomunikasi, seiring berjalannya waktu mereka sudah terbiasa.

Setelah melewati fase ini Fanza mulai dikenalkan dengan teman-teman dan komunitas tuna netra disini kepercayaan diri Fanza sedikit demi sedikit mulai terbuka. Pada fase awal ini Fanza sempat berhenti sekolah selama setahun. kemudian di tahun berikutnya lanjut sekolah pindah ke Cianjur untuk masuk pondok pesantren.

Untuk kemungkinan sembuh menurut dokter ada tetapi sangat kecil, dan sampai saat ini belum ada perubahan yang signifikan. Untuk berobatpun harus memiliki waktu luang sedangkan sekarang Fanza  banyak kesibukan di perkuliahan yang membuat pengobatannya harus terhenti. Namun hal itu tidak membuat semangat Fanza untuk tetap bisa sembuh dengan lebih sering berobat secara tradisional.

Fanza mulai mengenal tilawah pada kelas satu SMP (sebelum mengidap penyakit) namun tidak terlalu minat di bidang tilawah. Ia mulai menekuni tilawah saat sudah mengidap penyakit. Saat itu orang tua Fanza mendengarkan salah satu bacaan seorang qori kepada Fanza yang membuat ia tergugah. Hingga ia belajar otodidak sedikit-sedikit dan akhirnya bisa dengan metode mendengar dan meniru.

Lalu saya pindah kepertanyaan bagaimana Fanza bisa berkuliah di UIN Sunan Kalijaga. Awalnya Fanza mendapatkan beasiswa ke UIN Malang pada tahun 2021 tapi karena tidak ada dari pihak keluarga yang bisa mengurus administrasi di Malang, akhirnya Fanza memilih untuk tidak mengambil UIN Malang.

Setahun berikutnya, Fanza mengambil pilihan UIN SUKA dengan jalur mandiri. Fanza dibantu oleh pimpinan pondoknya yang menghubungi rektor UIN SUKA terkait mahasaiswa berkebutuhan khusus. Alhamdulillah UIN SUKA terbuka dan mempuni untuk menerima mahasiswa berkebutuhan khusus. “akhirnya saya seleksi dan alhamdulillahh lulus” ucapnya dengan nada senang.

Setelah diterima di UIN SUKA respon yang dirasakan Fanza alhamdulillah baik. Teman-temannya ada yang memperhatikan ada juga yang cuek, namun tidak ada yang sampai membully atau mengolok-olokannya. Hanya saja Fanza masih malu-malu untuk kenalan dan susah minta tolong karena belum terlalu kenal. Namun itu tidak berlangsung lama, setelah beberapa minggu fanza sudah bisa berinteraksi dengan teman-temannya.

Setelah mendengar penjelasanya terkait bagaimana Fanza bisa masuk UIN SUKA, saya mulai masuk ke pertanyaan ke arah bakat yang Fanza miliki. Untuk membaca Al-qur’an yang sebelumnya hanya dengan metode mendengar dan meniru pelan-pelan Fanza mulai belajar dengan metode mengenal huruf laire (sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh tunanetra). Walaupun sulit dengan tekat dan dorongan dari diri yang kuat dan suport keluarga Fanza berhasil untuk membaca Al-Quran khusus tuna netra secara perlahan-lahan.

Fanza mulai mengikuti festival keagamaan cabang MTQ pada SMP. Saat itu perlombaannya antar sekolah tingkat kecamatan. Mulai 2017 Fanza mulai masuk ke tingkat kabupaten dan  pada saat itu mendapat juara satu. Lalu dilanjutkan naik ke tingkat provinsi pada tahun 2018 terhenti dan tidak dapat juara. Selanjutnya pada tahun 2019 dengan lomba yang sama dari kabupaten Fanza berhasil lolos ke provinsi dan sampai ke tingkat nasional yang diadakan di lampung ia bisa meraih harapan satu. Lalu 2020 tingkat sekolah masuk ke nasional dan alhamdulillah dengan usahanya Fanza kembali bisa  mendapat juara satu.

Ketika sudah berkuliah Fanza beberapa kali sempat ikut festival keagamaan tilawah dan ia sampai ke tingkat nasional yang diadakan oleh UNIDAR  dengan meraih juara tiga. Pada tahun yang sama Fanza juga dapat juara satu yang diadakan oleh pondok tuna netra di Tanggerang Selatan.

Akhir tahun 2022 mengikuti lomba hari disabilitas internasional yang diadakan oleh Gubernur Jawa Barat dengan usahanya alhamdulillah Fanza bida menjadi juara satu. Bisa dikatakan ini salah satu festival yang menurutnya sangat berkesan baginya karena yang mengikuti festival ini dari berbagai kalangan.

Tidak hanya perlombaan tilawah, Fanza beberapa kali Fanza juga aktif dalam mengisi beberapa acara seperti pengukuhan guru besar, konverensi internasional, dan beberapa kegiatan lainnya. Dari sekian banyaknya prestasi Fanza yang mengharumnkan nama UIN SUKA, dan dengan kekurangan yang ia miliki, ia bisa menjadi inspirasi bagi semua mahasiswa UIN SUKA. Adanya kekurangan dalam diri seseorang tidak menutup kemungkinan untuk bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti yang dilakukan Fanza.

Harapan Fanza terhadap UIN SUKA, pertama terkait aksesibelitas untuk teman-teman difabel agar ditingkatkan lagi walaupun sudah guiding blok tapi penempatanya kurang tepat yang membuat teman-teman diffabel kesusahan. Seperti yang ada di sepanjang rektorat lama ke perpustakaan yang harusnya bisa cepat namun masih berputar-putar. Kedua, ada Guiding blok yang terputus, dan dosen yang memarkirkan mobilnya di Guilding blok membuat teman-teman netra kebingungan. Dan terakhir ia mengajak mahasiswa khususnya yang memiliki kebutuhan khusus untuk tetap bisa semangat dan harus menambah kualitas diri dengan cara masing-masing.

Related Articles

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru